Ini Waktu yang Aman Bagi Ibu Hamil untuk Kontrol Kandungan di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi virus Covid 19 menimbulkan kekhawatiran bagi semua masyarakat, tak terkecuali ibu hamil di Kota Surabaya. Banyak ibu hamil yang takut jabang bayinya tertular virus tersebut, sehingga enggan memeriksakan kehamilannya di rumah sakit. Meski demikian, ibu hamil dituntut menjaga kehamilan agar tetap sehat di tengah badai virus corona. Berdasarkan rekomendasi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI), ibu hamil yang tidak memiliki keluhan lebih baik berdiam diri di rumah. Tujuannya meminimalisir kontak agar tidak tertular dari virus corona.

Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Dr Ernawati, dr SpOG (k), mengatakan, kondisi ibu hamil dibagi menjadi trimester satu pada tiga bulan pertama, trimester kedua untuk tiga bulan kedua dan trimester ketiga dengan tiga bulan terakhir. “Di tiga bulan pertama dilakukan kontrol untuk memastikan kehamilannya. Memastikan ada calon bayi di dalam rahim, serta mengetahui usia kehamilannya berapa. Selebihnya, tidak perlu kontrol kalau tidak ada keluhan,” ujarnya, saat ditemui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari Merr, Kamis siang (14/5/2020).

Kemudian, lanjut Ernawati, pada trimester kedua atau tiga bulan kedua.
Ibu hamil perlu datang ke rumah sakit hanya untuk keperluan screening saja. Terutama, ketika berada di usia kehamilan 22 dan 24 minggu. “Kalau ada keluhan yang lain. Cukup disampaikan lewat konsultasi online. Lebih baik stay di rumah saja,” imbuhnya.

Masih kata Ernawati, pada trimester ketiga atau tiga bulan terakhir, ibu hamil harus kontrol di rumah sakit karena masa tersebut menjelang persalinan. Terutama setelah melewati usia kehamilan 37 minggu.

“Jadi ibu hamil harus kontrol untuk memastikan kondisi bayinya dan rencana persalinannya bagaimana, berjalan normal atau operasi cesar. Para ibu hamil bisa datang pada satu atau dua minggu sekali,” tuturnya.

Para ibu hamil diperbolehkan kontrol apabila mengalami sejumlah keluhan yang lain. Seperti mual dan muntah yang hebat, pendarahan, nyeri yang luar biasa, memiliki penyakit darah tinggi serta diabetes dalam kehamilan.

“Tapi kalau tidak ada tanda-tanda tersebut. Lebih baik di rumah saja,” tegasnya.

Menurut Ernawati, ada beberapa ibu yang usai melahirkan dicurigai terkena virus Covid 19. Hal ini disebabkan karena telah terjadi perubahan fisiologis pada kehamilan ibu hamil. Mereka lebih tahan dan tertutup walaupun sedang dalam keadaan sakit. Ernawati juga menambahkan, sebanyak 13,7 persen ibu hamil bisa positif terkena virus corona tanpa mengalami gejala sesak nafas dan lain sebagainya.

“Memang tidak terlalu banyak karena ibu hamil lebih terproteksi,” imbuhnya. Supaya ibu hamil tidak tertular, Ernawati menganjurkan, agar selalu memakai masker, tetap di rumah, jaga jarak, dan cuci tangan. Serta, minum vitamin untuk menjaga stamina. “Cara penularan virus corona lewat kontak, droplet, jadi lebih baik tidak perlu datang ke rumah sakit untuk kontrol. Bisa kontak dengan pasien di rumah sakit takutnya terkena virus itu,” ucapnya. Soal tren ibu hamil mengalami peningkatan selama berlangsungnya PSBB, Ernawati menyebutkan, jumlah persalinan tidak mengalami perubahan dan peningkatan. Sejatinya, ibu hamil lebih terproteksi dan lebih kuat.

“Tetapi, kalau ibu hamil ada tanda gejala atau riwayat covid-19. Maka, ia harus bersalin ke rumah sakit rujukan covid-19. Karena di sana ada fasilitas kamar persalinan tekanan negatif,” terangnya. Bagi ibu-ibu menyusui, Ernawati menekankan agar selalu memakai masker.
Selain itu, sang bayi tidak boleh dijenguk kecuali oleh orang tua dan keluarga inti. “Habis melahirkan tidak perlu dijenguk. Untuk meminimalisir kontak. Bayi resiko tertular sangat rawan. Cukup didoakan saja,” pungkasnya.

START TYPING AND PRESS ENTER TO SEARCH