Saya menjadi seorang Ibu tepat di bulan Agustus 2014, sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Bayiku terlahir 3 minggu lebih cepat dari prediksi dokter dengan berat badan saat lahir hanya 1,95 kg, namun bayiku sehat sehingga tidak perlu inkubator. Kondisi tersebut memacu semangat saya untuk memberikan ASI secara maksimal agar buah hatiku sehat dan cepat besar. ASI saya pun akhirnya keluar di hari ke-3 setelah saya massage. Awal mula setelah meyusui ASI, payudara saya terasa sakit & perih bahkan bila tersentuh kain baju dan handuk pun terasa sakit. Hal ini menyebabkan trauma dan menjadi momok yang besar setiap kali saya harus menyusui bayi saya bahkan terkadang saya pun sampai menangis menahan rasa perih tersebut. Namun hal itu tidak mengurungkan niat saya untuk tetap memberikan ASI kepada buah hati. Informasi mengenai cara menyusui yang baik dan benar pun saya masih minim dan awam sehingga saya memutuskan mencari informasi yang tepat melalui internet. Tips-tips yang diajarkan cukup membantu saya dalam hal teknik menyusui sehingga sayapun tidak khawatir lagi akan rasa sakit dan perih sesudah menyusui.
Sebagai seorang ibu, besar keinginan saya untuk memberikan ASI eksklusif, namun tantangan tiba disaat saya harus kembali bekerja. Pumping merupakan salah satu agenda wajib saya di kantor, ditengah kesibukan dan target pekerjaan saya pun harus bisa meluangkan waktu untuk pumping ASI 2-3 kali sehari. Perjuangan pun dimulai saat saya harus menggunakan manual pump, karena kondisi ASI saya keluarnya tidak deras dibutuhkan waktu 30-60 menit untuk menghasilkan 150 ml ASI. Kondisi tersebut menyebabkan dalam kurun waktu 1 minggu seluruh otot di pergelangan tangan saya nyeri dan linu sehingga salep otot menjadi solusi untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Suami pun terkadang turut membantu dalam proses memompa sehingga otot tangan tidak terlalu lelah. Tidak tega melihat kondisi tersebut terus menerus apalagi dunia kerja menuntut saya harus mengetik di depan komputer akhirnya suami pun menghadiahkan electric pump agar saya tetap bersemangat pumping.
Satu tantangan telah terlewati tantangan kedua pun muncul yaitu kantor tidak ada tempat pumping sehingga saya harus memutar otak untuk mencari tempat yang aman. Beberapa ruangan sempat terlintas di pikiran salah satunya yaitu toilet perempuan karena kondisi aman tetapi akhirnya saya mengurungkan niat tersebut karena sekali pun toilet terlihat bersih tetapi toilet bukanlah tempat yang higenis karena banyak sekali terdapat kuman. Ruangan kedua yang terlintas adalah pantry (tempat makan). Namun lagi-lagi saya membatalkan niat tersebut karena tidak aman, banyak orang keluar masuk untuk mengambil minum atau peralatan makan. Setelah mencari-cari akhirnya pilihan saya jatuh pada ruangan seketaris bos, dimana ada sebuah ruang kecil dibelakang meja seketaris dan menurut saya paling aman dan bersih.
Pengalaman lucu yang saya dapat saat pumping di kantor adalah dimana suatu ketika office boy (OB) kami tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut. Saya langsung terkejut. Untungnya saya selalu memakai kain penutup. Bayangkan bila tidak … OMG … alhasil OB tersebut tersipu malu dan pergi meninggalkan ruangan. ASI hasil pumping segera saya masukan ke dalam freezer kantor. Pengalaman unik lainnya juga saya dapat ketika kantor memiliki acara dinner & meeting di salah satu restoran di Surabaya. Saya membawa ASI hasil pumping 1 hari ke acara tersebut. Saat tiba di restoran, saya sempat bingung dimana saya harus meletakkan dan menyimpan ASI. Sedangkan saya harus menjaga ASI tersebut dalam kondisi dingin agar tidak rusak. Mata saya tertuju di sebuah lemari es di restoran tersebut. Saya pun memberanikan diri berbicara ke para pelayan di restoran kalau saya ingin menitipkan suatu botol di freezer. Sang pelayan pun menanyakan apa isi botol tersebut, dengan wajah tersenyum saya menjawab itu ASI buat anak saya. Para pelayan restoran pun sempat tersenyum sehingga saya tersipu malu. Namun demi sang buah hati segala carapun saya lakukan. Akhirnya pelayan restoran tersebut bersedia membantu saya untuk menyimpan ASI-ku. Demikian cerita dan pengalamanku tentang menyusui saat ibu bekerja. Tetap semangat dan pantang menyerah bagi para pejuang ASI. Terima Kasih.
Dina Inayah
Juara 2 Lomba Family Story Telling
“Supporting Breastfeeding Working Mom”
Gathering 1 Tahun RSIA Kendangsari Merr